NAMA : SOFYAN E1I013017
: LUKMAN GERU NUGROHO E1I013018
TINGKAT KEKRITISAN DAN KESESUAIAN LAHAN MANGROVE
DI KABUPATEN SAMPANG
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Firman
Farid Muhsoni, Mahfud Efendy, Haryo Triajei1, Aries Dwi Siswanto,
Indah Wahyuni Abida
Abstrak
Tujuan penelitian ini
untuk mengevaluasi kondisi kekritisan dan kesesuaian lahan mangrove di
kabupaten Sampang. Tahap pekerjaan: (1) tahap persiapan; (2) proses pengolahan
citra; (3) cek lapangan; (4) analisis data; (5) uji akurasi; dan (6) hasil
analisis. Penentuan tingkat kekritisan dan kesesuaian lahan dengan menggunakan
pemodelan SIG dengan model indeks. Hasil analisis citra mendapatkan mangrove di
Kabupaten Sampang mencapai 914,54 Ha, yang tersebar di 6 Kecamatan. Tingkat
kekritisan mendapatkan mangrove dalam kondisi rusak 600,8 Ha (65,7%), mangrove
dalam kondisi baik 292,5 Ha (32%) dan mangrove dalam kondisi rusak berat 21,1
Ha (2,3%). Mangrove dalam kondisi tidak rusak sebagian besar terdapat di
Kecamatan Sampang mencapai 109,6 Ha atau 11,98%. Mangrove kondisi rusak
sebagian besar di Kecamatan Sreseh (39,39 Ha atau 39,39%), mangrove dalam
kondisi rusak berat sebagian besar di Kecamatan Sreseh (11,1 ha atau 1,21%).
Kesesuaian lahan mangrove mendapatkan lahan yang sesuai untuk mangrove
seluas282,9 Ha (30,9%), cukup sesuai untuk lahan mangrove 624,1 Ha (68,2%) dan
sesuai bersyarat mencapai 7,6 Ha (0,8%). Daerah yang sangat sesuai sebagian
besar di Kecamatan Sampang (155 Ha).
PENDAHULUAN
Keberadaan ekosistem mangrove di Kabupaten sampang
banyak dijumpai di perairan pantai selatan dibandingkan di perairan pantai
utara. Di perairan pantai selatan tumbuh memanjang dari timur ke barat yaitu
dari Kecamatan Camplong, Kecamatan Sampang, Kecamatan Pangarengan, dan
Kecamatan Sreseh. Hutan ini juga tumbuh baik di Kecamatan Jrengik.
Departemen kehutanan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pemali Jratun (2006) menjelaskan bahwa penentuan tingkat kekritisan lahan
mangrove dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : (1) Penilaian dengan menggunakan
teknologi GIS (Geographic Information System) dan inderaja (citra
satelit); (2) Penilaian secara langsung di lapangan (terestris); dan (3)
Kriteria-kriteria penentuan tingkat kekritisan lahan mangrove berdasarkan
faktor sosial ekonomi. Sedangkan Hasil penelitian Faizal dan Faizal (2005)
berjudul model transformasi indeks vegetasi yang efektif untuk prediksi
kerapatan mangrove Rhizophora mucronata. Mendapatkan hasil Transfromasi
NDVI merupakan transformasi yang paling efektif digunakan untuk monitoring
kondisi dan kerapatan mangrove Rhizophora mucronata.
Citra satelit juga dipergunakan untuk monitoring
mangrove seperti dalam penelitian Alam et. al (2005). Dalam penelitian ini
melakukan monitoring perubahan luasan mangrove di sekitar Pasir Putih Situbondo
dari tahun 2000 sampai 2002, dengan mengunakan citra satelit Landsat ETM+.
Budhiman dan Hasyim (2005) juga melakukan pemetaan sebaran mangrove, padang
lamun, dan terumbu karang menggunakan data penginderaan jauh di wilayah pesisir
laut Arafura. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit
Landsat 7.
Tujuan :
Tujuan dari penelitianini adalah untuk mengetahui
tingkat kekritisan dan kesesuaian lahan mangrove di kabupaten Sampang dengan
menggunakan sistem informasi geografis
METODOLOGI
Dalam
jurnal “Tingkat Kekritisan Dan
Kesesuaian Lahan Mangrove Di Kabupaten Sampan Dengan Menggunakan Sistem
Informasi Geografis” menggunakan citra IKONOS dan ALOS yang mana Cara kerja dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan enam tahap pekerjaan yaitu : (1) tahap persiapan;
(2) proses pengolahan citra; (3) cek lapangan; (4) analisis data; (5) uji
akurasi; dan (6) hasil analisis. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.
Sedangkan untuk jurnal pembanding dengan judul “ Aplikasi Penginderaan Jauh Dan SIG Untuk
Penatagunaan Lahan Mangrove Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara” menggunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ yang mana cara kerja dan
analisis data dilakukan dengan cara pada alur penelitian dibawah ini :
Kritik jurnal
Dalam penyajian diagram alir pada kedua penelitian
diatas. Menurut kelompok kami alur penelitian pada jurnal utama lebih baik
daripada jurnal pembanding. Karena pada jurnal utama, dijelaskan secara detail
apa saja yang dilakukan selama penelitian baik itu dari tahap persiapan, cek
lapangan hingga hasil analisis. Selain itu diagram alir pada jurnal utama
diberi warna antara data input, proses dan output sehingga pembaca lebih cepat
memahami diagram alir ini.
Sedangkan pada jurnal pembanding menurut kelompok
kami sudah cukup baik , akan tetapi penjelasan pada diagram alir sulit dipahami
dan tidak terlalu detail. Selain itu tidak dibedakan / tidak diberi warna
antara data input,proses dan output sehingga pembaca sulit memahaminya
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penggunaan citra satelit dalam kesesuaian dan
penggunaan lahan mangrove untuk jurnal “Tingkat
Kekritisan Dan Kesesuaian Lahan Mangrove Di Kabupaten Sampan Dengan Menggunakan
Sistem Informasi Geografis” menggunakan citra IKONOS dan ALOS dihasilkan peta sebgai berikut :
Sedangkan dalam
jurnal pemanding dengan judul “ Aplikasi
Penginderaan Jauh Dan SIG Untuk Penatagunaan Lahan Mangrove Di Kabupaten
Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara” menggunakan Citra Satelit Landsat
7 ETM+, dihasilkan peta sebagai berikut :
Berdasarkan
hasil dari kedua overlay peta diatas, pada peta jurnal utama kurang jelasnya
informasi yang disampaikan pada peta , baik itu lokasi yang mangrove sedang
kritis dan lokasi kesesuaian lahan mangrovenya. Sebaiknya pada peta peta diberi
tanda atau warna yang jelas antara kesesuaian lahan dan tingkat kekritisannya
agar informasi yang disampaikan pada peta dapat dipahami oleh pembaca. Selain
itu kurangnya atribut peta yang ditunjukan pada peta yang membuat pembaca
semakin sulit memahaminya.
atribut
yang paling lengkap dan paling jelas membaca petanya unutuk kesesuaian lahan
mangrove adalah menggunakan citra landsat 7ETM+ pada jurnal pembanding. Karena
memiliki atribut . selain itu overlay peta mudah dipahami Karena pembuat peta
membedakan warna yang mana hutan mangrove, persawahan,hutan lindung dan
perencanaan tata ruang mangrove.
KESIMPULAN
Dari kedua jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa peta yang dihasilkan dari citra Landsat 7ETM+ dan citra
IKONOS dan ALOS memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Untuk
penggunaan landsat 7 ETM+ memiliki kelebihan kelengkapan atribut dan warnanya
jelas dapat dibedakan seperti warna untuk ekosistem mangrove, daratan dan
lautan. Sedangkan untuk kekurangannya terlalu rumit untuk dibaca karena warnaya
yang banyak, perlu ketelitian yang lebih untuk seseorang memahami peta ini.
Sedangkan penggunaan citra satelit IKONOS dan ALOS memiliki kelebihan jangkauan
luasan pengambilan daerahnya lebih luas. Sedangkan kekurangannya rumitnya
memahami data yang dihasillkan seperti warna untuk membedakan warna
mangrove,daratan dan lautan sehingga untuk memahami peta seperti ini harus
teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, R.D.,
Muljo, B., Chatarina, 2005. Monitoring dan evaluasi Kawasan Hutan Mangrove di
Daerah Pasir Putih Kabupaten Situbondo
dengan Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal. Geoid, Vol. 1, No. 1.ITS.
Surabaya.
Atmanegara.A,
2009. Aplikasi Penginderaan Jauh Dan SIG Untuk Penatagunaan Lahan
Mangrove Dikabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara
Budhiman,
S. dan Hasyim, B. 2005. Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu
Karang Menggunakan Data
Penginderaan Jauh di Wilayah Pesisir Laut Arafura. Pertemuan Ilmiah Tahunan
MAPIN XIV. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Faizal,
A. and Amran, M.A., 2005, Model Transformasi Indeks Vegetasi yang Efektif untuk
Prediksi Kerapatan
Mangrove RhizophoraMucronata. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Jratun,
2006. Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove Wilayah Balai Pengelolaan DAS
Pemali
Jratun Propinsi
JawaTimur. Departemen kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jratun
Muhsoni, Dkk,
2013. Tingkat Kekritisan Dan Kesesuaian Lahan Mangrove Dikabupaten Sampan
Dengan Menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Universitas Trunjoyo Madura. Madura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar